Sejarah

AWAL PENJAJAHAN BELANDA DI KELUA











Zaman dulu Kala jauh sebelum tahun (1815.M) di daerah Kelua telah berdiri sebuah Kerajaan yang namanya adalah Kerajaan “BAGALONG”.  kerajaan ini di pimpin oleh raja yang Arif Bijaksana. suasana kehidupan di daerah kelua berjalan dengan baik tenteram dan damai tanpa adanya gangguan dari pihak luar yaitu para serdadu belanda.
Setelah Raja Kerajaan Bagalong meninggal dunia, sebagai penggantinya diangkat Putera Mahkota yaitu Pangeran Namin. Sejak pemerintahan Pangeran Namin inilah pihak Belanda mulai berdatangan ke daerah Kalua ini yang kabarnya hanya untuk berdagang saja membeli rempah-rempah dan hasil bumi yang dimiliki akan kekayaan kelua.
Memang awal mulanya mereka hanya membeli rempah-rempah, hasil bumi dan hutan lainnya. namun lama kelamaan jumlah  para serdadu Belanda yang datang di kelua kian hari kian bertambah banyak, di samping  itu  juga mereka mendatangkan bantuan Serdadu dari Pulau Jawa.
Seiring waktu berjalan berkuasanya Belanda di kelua, mereka semakin merajalela ingin menguasai Sehingga pada akhirnya mereka memaksa Pangeran Namin untuk menyerahkan kekuasaan Kerajaan kepada Belanda atau setidak-tidaknya bernaung di bawah kekuasaan Belanda dengan membayar upeti kepada Kerajaan Belanda. sontak saja Pangeran Namin tidak ingin tanah kelahirannya di injak-injak oleh pendatang (pemerintahan Belanda).
Berkali-kali Belanda membujuknya namun Pangeran Namin tetap pada pendiriannya untuk tidak mau tunduk kepada Belanda. Pihak Belanda pun memberikan ultimatum kepada pangeran Namin kalau dia tetap tidak menurut maka dia harus mengambil salah satu pilihan, menyerah atau diperangi.
Akhirnya Pangeran Namin melaksanakan musyawarah dengan para tetinggi kerajaan  dan pembantunya  lainnya yang kemudian telah menghasilkan suatu keputusan, hasil keputusan itu tidak mengambil salah satu alternatif yang diajukan oleh Belanda, akan tetapi beliau bersama keluarganya serta pembantunya hijrah ke dalam hutan Baruh Undan untuk bertapa. Sedang pengawal istana dan tokoh-tokoh kerajaan yang lainnya yang tidak bersedia ke pertapaan, mereka menghindar ke pedalaman Balukut, sungai Ratin, Pelajau, Talan, Banua Rantau, Silaung, Habau dan lain–lain.
Karena belum menerima jawaban sebagai penegasan dari Pangeran Namin kepada Belanda, maka pihak Belanda beserta serdadunya langsung menyerang istana Kerajaan, namun ternyata Kerajaan tersebut dalam keadaan  kosong tidak berpenghuni, sedang istana sudah dibumi hanguskan oleh Pangeran Namin sebelum berangkat meninggalkanya. Pihak Belanda yang bermarkas besar di Amuntai sama sekali tidak mengetahui adanya pembumihangusan Istana tersebut.
sumber  :  http://y3ny.wordpress.com/2008/09/10/perjuangan-penghulu-rasyid-banua-lawas/



PERJUANGAN PANGERAN ANTASARI
DAN PENGHULU RASYID
350 Tahun lamanya Belanda menjajah negeri Indonesia tercinta, tak luput pula daerah-daerah  seperti Tanjung, Kelua, Amuntai dan daerah-daerah sekitar lainnya. dalam 350 tahun tersebut, silih berganti berbagai generasi pejuang bangsa yang gugur sebagai pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda.
Dari cerita awal penjajahan belanda diatas, sekarang kita berlanjut pada  beberapa generasi selanjutnya, yaitu generasi perjuangan Pangeran Antasari dan Penghulu Rasyid. Pangeran Antasari adalah seorang sosok pemimpin pejuang kemerdekaan yang sangat dikagumi dan disegani para anak buahnya dalam memimpin perjuangan, Pangeran Antasari dipercayakan memimpin Perjuangan melawan Belanda untuk daerah Banua lima dan sekitarnya, perjuangan Pangeran Antasari lebih fokus pada daerah Tanjung, yang menjadi markas dari para serdadu Belanda. kegigihan dari Pangeran Antasari  membuat para serdadu Belanda merasa kewalahan, Diantara cara Belanda untuk mengalahkan Pangeran Antasari adalah dengan menyewa atau mendatangkan pasukan Dayak Maanyan dari Tamiang Layang, dibawah pimpinan Tumenggung Jailan yang bergelar Tumenggung Jaya Karti. Tumenggung Jailan ini terkenal berani seperti juga Suta Ono yang berjasa membantu Belanda untuk melumpuhkan perjuangan Pangeran Antasari.
Pada tanggal 17 Agustus 1860, Belanda mencoba menyerang  Pasukan Antasari, Pangeran Antasari mendirikan sebuah Benteng di Tanjung, dikarenakan di seluruh wilayah Tabalong semuanya dalam keadaan bahaya. Pertempuran besar dan dahsyat antara Pangeran Antasari  yang dibantu oleh Penghulu Rasyid melawan Serdadu Belanda di Tanjung berlangsung selama kurang lebih tiga hari tiga malam yang menyebabkan kira-kira 160 orang prajurit Antasari/prajurit Penghulu Rasyid telah gugur sebagai syuhada. begitu juga dari pihak serdadu Belanda, katanya kapal perangnya kembali ke Amuntai penuh dengan mayat serdadu Belanda yang juga tewas dalam pertempuran.
Kematian para prajurit Pangeran Antasari tidak menyurutkan semangat juang nya untuk tetap berkobar, Selang beberapa pekan setelah itu, Pangeran Antasari menunjuk Penghulu Rasyid sebagai kepala perang di sektor Kalua, Penghulu Rasyid lahir di desa Telaga Itar, Kelua, Tabalong,  tahun 1815, Penghulu Rasyid terkenal gagah pemberani berjuang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Ayah dari Penghulu Rasyid bernama Ma’ali adalah penduduk kampung Telaga Itar.
Sejak kecil ia mempunyai ciri-ciri kepemimpinan dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Pengetahuan agama Islam yang dimilikinya disertai dengan amaliah yang kuat, maka Rasyid dijadikan sebagai pemimpin agama dengan sebutan Penghulu, maka selanjutnya ia dikenal sebagai Penghulu Rasyid.
Dalam perjuangan melawan Belanda, beliau menetapkan Markas Pertahanan dan tempat latihan Prajurit dalam bergerilya adalah di Desa Habau. Beliau didampingi oleh tiga pembantu utamanya, yaitu Habib Rahban asal Demak, Datu Ahmad asal Habau, dan Umpak asal Telaga Itar Kelua.
Lokasi markas pertahanan Penghulu Rasyid ialah di Tunggung Sawu (Sungai Penghulu) Mandaling Habau Kecamatan Banua Lawas, sedang daerah penyerangan terhadap Belanda dilakukan di sekitar Telaga Itar, Muara Sungai Hanyar dan di sungai Buluh serta di Tabur.
Penyanggulan dengan perang sistem gerilya yang dipimpin oleh Penghulu Rasyid telah dilakukan di mana-mana, pihak Belanda hampir tidak ada kemampuan lagi untuk menghadapi serangan penyanggulan dari Prajurit Penghulu Rasyid, yang dalam hal ini pihak Belanda terpaksa meminta bantuan Serdadu ke Banjarmasin.
Pihak Belanda selain menggunakan cara perang, mereka juga melakukan cara licik yang dilakukan  dengan politik adu domba untuk memancing kelemahan-kelemahan yang menjadi kebiasaan bagi Bangsa Indonesia. Karena tak dapat melumpuhkan Penghulu Rasyid beserta prajuritnya, Penguasa Belanda di wilayah Tabalong dan Amuntai membuat Maklumat atau Pengumuman yang isinya sebagai berikut:
"BARANG SIAPA DAPAT MENANGKAP PENGHULU RASYID DALAM KEADAAN HIDUP ATAU MATI AKAN DIBERIKAN HADIAH 1.000 GOLDEN, SERTA DIBERI BINTANG JASA DAN TIDAK DIKENAKAN PAJAK SAMPAI TUJUH TURUNAN. KALAU DIA  HIDUP AGAR DIBAWA DAN DISERAHKAN, DAN JIKA SUDAH MATI TERBUNUH AGAR KEPALANYA DIBAWA SEBAGAI BUKTI".

Pada tangga 15 Desember 1865. terjadi penyerangan besar-besaran oleh Belanda, mereka mengepung Pasar Arba Banua Lawas dengan menggunakan kapal perang Van Os melalui Sungai hanyar. Serdadu  Belanda dari Amuntai pun mengepung dari segala penjuru. pada penyerangan ini Belanda juga dibantu para suku Dayak Maanyan dari Tamiang Layang dibawah pimpinan Tumenggung Jailan yang berkhianat dan bekerjasama dengan pihak Belanda, karena tertarik dengan iming-iming hadiah 1.000 Golden.
Penghulu Rasyid dengan kekuatan Prajuritnya pun bersiaga di sekitar Mesjid Pusaka Banua Lawas, tiba–tiba datang serangan Belanda secara total dari segala jurusan. Akhirnya terjadilah pertempuran yang amat besar dan dahsyat.


Pertempuran kali ini kurang seimbang, para serdadu Belanda lebih banyak jumlah dibandingkan dengan prajurit-prajurit Penghulu Rasyid, para prajurit penghulu Rasyid dengan mengucapkan zikir (ALLAHU AKBAR) dan  parang ditangan, maju dengan gagah berani tanpa keraguan menghadapi pasukan belanda yang datang menyerang, banyak prajurit Penghulu rasyid yang gugur mati syahid dalam medan perang ini.
tumitnya kena tembak sehingga dia terpaksa menghindarkan diri dari medan pertempuran. Dalam persembunyiannya dia masih sempat membunuh beberapa orang serdadu Belanda dan pengikutnya yang tersesat.
Karena terdesak Penghulu Rasyid memerintahkan pasukannya menyingkir keluar dari pertempuran dan memerintahkan mundur kepada seluruh prajurit beliau dan masuk kedalam hutan. Di dalam hutan, Penghulu Rasyid beristirahat di bawah pohon berunai di sebelah Timur dari Jihad Mesjid Pusaka Banua Lawas. Kondisi beliau dalam keadaan luka parah dan tumit beliau tertembak senjata serdadu Belanda.
Dalam kondisi yang parah di persembunyiannya, Penghulu Rasyid dikhianati oleh teman seperjuangannya sendiri, dan disitu sempat terjadi sedikit adu mulut dengan teman seperjuangannya yaitu Teja Kusuma, Teja Kusuma mengharapkan agar Penghulu Rasyid menyerah saja dengan pihak Belanda, Adapun percakapan mereka dalam bahasa banjar adalah sebagai berikut :

“Jakanya  tu sebaiknya andika manyarah  haja daripada manaruskan perjuangan nang kada pacangan manang jua malawan Bubuhan Belanda nang lebih kuat dari kita.”
“Biar kaya apa aku kada pacang manyarah, walau apapun nang terjadi. Ingat pesan guru kita”

setelah adu mulut mulai mereda, Penghulu Rasyid pun bertayamum dan melaksanakan Shalat Ashar. Pada  posisi Sujud raka’at yang terakhir, Penghulu Rasyid  tidak bangkit-bangkit lagi, Teja Kusuma timbul rasa curiga dan langsung mendekatinya serta menyentuhnya pada bagian leher Penghulu Rasyid, ternyata beliau telah wafat dalam keadaan sujud.
Teja Kusuma terkejut dan timbul rasa keraguan dan bimbang yang amat sangat untuk mengambil langkah selanjutnya,  namun karena ingat akan iming-iming hadiah yang dijanjikan Belanda, dengan tidak berpikir panjang Teja Kusuma langsung menebas leher temannya sendiri Penghulu Rasyid yang sudah dalam keadaan meninggal dunia.
Kepalanya langsung dibawa untuk diperuntukkan kepada Opsir Belanda yang menunggu di Pos Terdepan. Namun di tengah jalan terjadi perebutan atas kepala itu dengan seorang sersan yang seolah-olah sersan itulah yang berhasil membunuh Penghulu Rasyid, dan akhirnya dapat dilerai oleh serdadu lain dan Teja Kusuma tetap dapat membuktikan atas kebenaran dirinya.
Penghulu Rasyid bersama prajuritnya yang tegar dengan daya juang yang tinggi berjuang melawan Belanda di Bumi Tabalong selama kurang lebih 6 tahun (1859-1865).
Khabarnya uang 1.000 Golden dimaksud yang diterima oleh  Teja Kusuma hanya 500 Golden, sedang selebihnya dibagi-bagikan kepada Serdadu Belanda yang telah berusaha juga mendapatkannya.
Jenazah Penghulu Rasyid tanpa kepala dimakamkan pada sore Jum’at (setelah Shalat Ashar) di samping Mesjid Pusaka Banua Lawas pada tahun 1865 dalam usia 50 tahun.
Menurut sdr Yanuar Ikbar* yang penulis kutip dari http://66.220.149.22/topic.php?uid=207121513050&topic=20214.
Ada 3 Kepala Pahlawan Banjar yang dipajang di Museum negara Belanda
( musium perang mereka yaitu "Leiden Muzium" di kota Amsterdam) :
3 kepala pahlawan banjar tersebut yaitu :
1. Syahidin Demang Leman (Pangeran Hidayatullah dalam perang banjar)
2. Syahidin Prabu Anom Dinding Raja (Jalil)
3. Syahidin Penghulu Rasyid.
Dan menurut kabar dari ANTARA News, Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata segera menelusuri keberadaan kepala tengkorak  3 pahlawan tersebut yang kabarnya tersimpan di Museum Leiden di Belanda. Sangat diharapkan dukungan dan do'a nya agar tengkorak kepala para syuhada dapat dibawa pulang kembali, agar dapat disatukan dengan jasad  dan dikuburkan secara layak sebagai seorang Pahlawan!!!
Amin...
sumber   : http://id.wikipedia.org/wiki/Penghulu_Rasyid

Makam Penghulu Rasyid tampak jauh

Makam Penghulu Rasyid Tampak Dekat